Secuil Kisah
Di balik Sebuah Pertemuan
Tulisan ini akan aku awali dengan definisi dari pertemuan
yang aku maksud terlebih dahulu. Kira-kira pertemuan seperti apa? Can you guys
guess it? Pertemuan yang aku maksud di sini adalah pertemuan dengan
kawan/relasi yang nantinya berujung pada suatu percakapan mengenai kehidupan
masing-masing. Why is this?
When we meet people that long time we don’t see, we’ll tell each other about a lot of
things happening while we all were separated, entah itu karena benar-benar care,
ingin tahu, atau hanya basi basi. Bertukar kisah seperti ini memang menjadi
tradisi di masyarakat kita khususnya dalam menghangatkan hubungan.
Namun, apakah kalian melihat sisi lain tentang akibat
dari pertukaran kisah dari cerita dua pihak itu? karena sering kali tidak kita
sadari, maka dari itu aku tertarik untuk menyinggungnya kali ini.
Sebuah kisah pertemuan yang diceritakan di Kitab Hikam
menjadi pengantar maksudku kali ini. Diceritakan ada 2 orang Aalim yang
dipertemukan oleh Allah SWT, lalu mereka bercerita tentang keadaan masing-masing.
Saat akan mengakhiri pertemuan, Aalim1 berkata “semoga suatu saat kita akan
dipertemukan kembali, saudaraku” kemuadian Aalim2 menjawab “aku berharap tidak
akan ada pertemuan ke dua ke tiga dan seterusnya” betapa terkejutnya Aalim1
mendengar pernyataan dari Aalim2, Ia pun terus mencari maksud dari perkataan
Aalim2 tsb. Al-kisah diceritakan, beberapa hari setelah pertemuan itu Aalim2
meninggal dunia. MasyaAllah, betapa Allah mendengar do’a hamba-Nya yang
bertakwa.
Anyway, have you guys known alasan mengapa Aalim2 tidak
menginginkan pertemuan selanjutnya? Hal itu dikarenakan ia mengerti bahwasanya
terselip rasa riya ketika
masing-masing meceritakan tentang keadaan satu sama lain. Well, seberapa taqwa
dan aalim manusia tidak dipungkiri bahwa human nature ternyata masih melekat
pada dirinya. Setingkat para aalim saja masih tak terhindarkan dari sifat
tersebut, apalagi kita yang hanya hamba biasa (begitu logika sederhananya).
Disini aku bukan mau ngajak untuk stop berkumpul dengan
teman sama sekali. Tujuanku menuliskannnya adalah agar kita lebih berhati-hati
dalam menyikapinya. Instead of riya, better for us to make it as an inspiration/motivation
to be a better person. Karena pada dasarnya, when it comes to bersinggugan
dengan duia luar, siapapun itu, partner kerja, teman, sahabat, bahkan dalam
lingkup keluarga pun topik pembicaraan yang baik secara langsung maupun tidak
mengarah pada perbandigan akan
cenderung sulit dihindari. Maka dari itu, yang perlu kita lakukan adalah
mengedukasi diri kita untuk menyikapinya dengan bijak.
Komentar
Posting Komentar