Self Awareness
Should We Share Our Problem with Others?
Istilah curhat memang sudah nggak asing lagi di masyarakat kita. Terutama buat cewe yang “mostly lebih banyak ngobrol dari pada cowo” dari curhat tentang pacar, pendidikan, keluarga etc. Dari yang penting banget sampe yang nggak terlalu penting juga kadang gak ketinggalan untuk jadi bahasan kalau memang ada waktunya.
Menurut kalian sebenernya perlu nggak sih curhat itu ?
Kalau aku sendiri, depending on whom I talk to. Tapi kebanyakan aku pendem sendiri sih (hehe) karena awalnya aku pikir kita kan punya Tuhan , kenapa mesti curhat ke orang-orang yg belum tentu bisa bantu ? Aku nggak sadar kalau yaa okelah itu bener tapi kan God gak mungkin directly answer us (you know what I mean, please don't have an ill-understanding) beda kalau manusia yang bisa langsung ngrespons kita. Sampe suatu hari salah satu temen aku ada yang ngasih tau aku kalau curhat sekali-kali itu perlu biar sedikit ngurangi beban di pikiran (is that right?)
Well, that’s right according to most people say dengan catatan kita curhat dengan orang yang tepat. Alasan aku jarang curhat juga karena susah nyari orang yg kaya gitu. Kecuali mama yang selalu siap buat jadi pendengar setia (of course mom is the best )
Orang yang tepat di konteks ini aku definisikan sebagai orang yang benar-benar mau mendengarkan kita. They know how to show their sympathy and help us to solve problems, bukan malah menyaingi cerita kita dengar cerita-cerita mereka . Instead of mengurangi beban pikiran kita, itu malah nambahin badmood (unfortunately that’s what mostly happen).
One day, ada salah satu temen aku yang kelihatannya lagi butuh temen ngobrol. It seemed like dia lagi punya problem gitu. Dia bilang kalau mau cerita ke aku tapi dia malah nge-joke. Cause I thought it might be a serious problem , so I asked him to tell me and then he did.
Bla bla bla...
Aaannnd.. apparently ceritanya itu sama kaya cerita aku malah kalau bandingkan satu sama lain he’s luckier than me karena dia masih punya kesempatan sedangkan aku nggak sama sekali because I just knew what truly happened after kalianooong time passed .
Reflexively keinginan aku untuk berkata “kamu masih mending, dari pada aku . . . . .” pun muncul. Beruntung , belum sempet action aku sadar duluan kalau this’s not the thing he wanna listen to. Obviously NOT , dia curhat buat didengerin. Kalau aku gak bisa bantu ngesolve problemnya setidaknya aku harus bersimpati dan support dia (which is must be happened , actually). So finally , I didn’t do it eventhough I wanted to.
Emang gak mudah buat kita belajar menekan ego yang kadang berontak, tapi kalau tidak dilakukan itu akan semakin menjadi. Toh lama kelamaan kita juga akan terbiasa (I think)
Aku selalu berusaha ngechallenge diri aku sendiri sih, buat nggak nglakuin hal-hal yang aku sendiri gak suka kalau misalnya itu dilakuin oleh orang lain ke aku. Walaupun awalnya pikiran sama hati aku selalu berdebat tapi mereka akhirnya bertemu pada pertanyaan-pertanyaan yg bikin aku dapet hasil lumayan di challenge itu.
Kaya “if you don’t like to be hurt, why do you hurt others ? if you don’t like people do something to you, why do you do it to them ?” toh katanya apa yang kita lakuin itu akan berbalik pada diri kita sendiri. Terlepas dari memikirkan apakah kita akan mendapat perlakuan yg sama atau tidak nantinya, we don’t need to regret the good thing we’ve done, right ?
Aku gak suka kalau pas curhat ke seseorang, orang itu malah nyaingin cerita aku sama cerita-cerita dia sendiri. Karena itu sama sekali gak bakal bantu aku, justru sebaliknya.That’s why aku juga gak mau lakuin itu ke seserang yang curhat ke aku.
Itu juga berlaku untuk kasus-kasus yang lain like If you don’t like people say bad things about you , so just don’t do it to them.
I don’t know aku berfikir kalau aja semua orang aware tentang ini pasti interaksi kita akan lebih baik karena semua saling memperbaiki diri masing-masing . Karena ternyata menasihati orang itu lebih mudah dari pada ngasih tau diri sendiri. So I think it’ll be more optimal kalau kita sadar dari diri kita sendiri, karena biasanya nasehat itu sedikit yang bisa kita terapkan. Mungkin karena ada arrogance bersembunyi di dalam diri kita yang cenderung milih subjek mana yang mau kita dengerin omongannya , jadi kalau yang ngomong orang biasa which is we think oohh they’re not better than me nasihat itu bakalan masuk kuping kanan keluar kuping kiri wuussshh tanpa transit apa lagi stay dalam pikiran dan hati kita. (probably)
Aku jadi inget sama salah satu quotenya
Leo Tolstoy “semua orang berpikir untuk mengubah dunia.Tapi tak satupun
berpikir untuk mengubah dirinya sendiri”
Well, sekian dulu cerita kali ini semoga bermanfaat...
Komentar
Posting Komentar